welcome to my blog

zealous worker is a dedicated worker, yet a passionate traveller. enjoy...

Sunday, July 18, 2010

15 July - Sakana

Ikan dalam bahasa jepang disebut sakana [], tapi sakana juga punya arti lain yaitu makanan teman minum alkohol. Kalau mereka minum bir biasanya yang jadi sakana adalah edamame alias kacang kedelai rebus, sementara kalau minum sake biasanya ditemani telur ikan. Iya, telur ikan kayak yang di sushi itu. Yang paling umum kita temui namanya ikura (telur ikan salmon, warnanya oranye kemerahan dan butirannya besar-besar) dan sujiko (telur ikan terbang, warnanya hampir sama seperti ikura tapi ukurannya lebih kecil). Snack yang biasa jadi sakana adalah kacang, cumi kering, keju, dan rumput laut. Teman-teman dekat mengenalku sebagai carnivora a.k.a meat lover. Dulu, kalau mau diurutkan jenis daging yang kusuka, mulai dari daging kambing, daging sapi, daging ayam, dan daging seafood termasuk ikan di urutan terakhir. Orang Jepang nggak makan daging kambing, sementara saya takut salah makan sapi / ayam karena ga bisa bedain ama daging babi. Apa daya, selama di Jepang mendadak saya jadi pemakan sakana (yang ikan beneran) layaknya kucing. Semua berawal dari sarapan. Jam kerjaku dimulai pukul 8:30, jadi saya harus berangkat maksimal jam 7:30 supaya tidak terlambat. Ditempatku tinggal, sarapan disediakan mulai jam 7 sampai dengan jam 9 pagi. Artinya, waktuku hanya 30 menit untuk menyambar apapun yang sudah matang di deretan buffet pagi itu. Sebenarnya sajian makan pagi cukup variatif, mulai dari standar sarapan khas barat seperti roti, kentang goreng, scrambled egg, mashed potato, ham/sosis, telur ceplok, sampai ke roti prata lengkap dengan kuah kari khas India. Sayangnya, biasanya makanan tersebut baru akan muncul mendekati jam berangkatku. Alhasil, hampir setiap pagi sarapanku adalah salad, segelas susu, secangkir teh, dan ikan. Yup, entah kenapa selalu ikan yang matang duluan setiap hari. Ikan mentah, ikan asap, ikan goreng, ikan bakar, you name it. Awalnya saya hanya bisa makan ikan goreng (plus sambal dan kecap abc tentunya). Biasanya ikan goreng berasa sedikit asin, entah karena ikannya memang sudah diasinkan sebelum digoreng, atau memang dikasih bumbu waktu dimasak. Kehabisan ikan goreng, kucoba ikan bakar. Hmm... kalau yang ini saya nggak seberapa doyan, secara jenis ikan yang dimasak biasanya ikan besar yang di fillet, dan bener-bener hanya dibakar tanpa bumbu. Rasanya plain banget, sampai kecap dan sambal andalanku pun tak membantu. Kurasa orang akan kreatif kalau kepepet, dan itulah yang kulakukan. Mulailah saya makan ikan bakar colek mayones / thousand island / saus apapun yang tersaji bersama salad. Lumayan akhirnya ikanku berasa juga. :D Bosan dengan ikan tak berasa dengan saus antah berantah, kuberanikan diri makan ikan asap. Pertama sih berasa aneh aja di lidah, tapi lama-lama asyik juga. Hari-hari berikutnya saya lebih memilih ikan asap dibandingkan goreng dan bakar, sampai suatu ketika pilihannya hanya ikan bakar dan ikan mentah. Oops... pilihan yang sulit. Kucoba ambil keduanya di piring, dan wow! Ternyata rasa ikan mentah tak semengerikan yang kupikir sebelumnya. Apalagi kalau yang disajikan adalah ikan salmon, pasti kupenuhi piringku dengan daging berwarna oranye itu. So, resmilah diriku jadi neko (kucing) si pemakan sakana.

No comments:

Post a Comment