Pernah punya boneka kesayangan waktu kecil? Sebagai anak perempuan, dulu saya cenderung tomboy dan tidak terlalu suka main boneka. Saya lebih suka naik pohon / atap rumah untuk memetik buah-buahan ataupun bermain kucing (baik peliharaan sendiri maupun kucing tetangga) yang bisa berinteraksi timbal balik. Suatu ketika Ibu membelikan saya sebuah boneka panda yang lucu dan menggemaskan. Tingginya sekitar 30cm, badannya gemuk dan empuk untuk dipeluk, berwarna hitam-putih khas panda. Si panda lucu kesayangan ini saya diberi nama: Ling-ling. Saya mulai berimajinasi untuk memelihara panda hidup yang memakan bamboo seperti di televisi. Belasan tahun kemudian saat di Jepang, saya mendapat informasi bahwa ada panda titipan dari China di kebun binatang Ueno. And guess what? Panda itu bernama Ling-ling. Ingatan masa kecil saya terhadap Ling-ling si boneka panda mendorong saya langsung browsing untuk mengunjungi Ling-ling si panda beneran. Dalam kereta, saya mengobrol dengan teman perjalanan dari Mexico.
“kapan terakhir kali kamu ke kebun binatang?”, tanyanya.
“Sejujurnya saya sudah lupa, tapi pastinya bukan dalam satu dekade terakhir”, jawab saya.
Melihat perubahan ekspresinya, saya menyambung: “Eits, jangan dulu berpikiran saya bukan penyayang binatang. Justru karena saya sayang binatang, saya tidak mau berkunjung ke kebun binatang.”
Teman saya penasaran, dan bertanya lagi: “kok bisa?”.
Terpaksa deh buka rahasia: “In Bandung, my friends told me that those animal are skinny and not so active because they aren’t well fed. I’m afraid visiting Bandung zoo will makes me sad, so I hold myself not to visit it.”.
Akhirnya dia manggut-manggut, entah mengerti atau mengasihani. :p Pandangan kami menerawang ke jendela kereta, sibuk dengan pikiran masing-masing.
Sampai di Ueno Station, kami berjalan menuju kebun binatang. Setelah sedikit mengantri dan membayar JPY 600 seorang, sampailah kami ke kebun binatang tertua di Jepang: Ueno Zoological Garden. Berdiri pada tahun 1882, saat ini Ueno Zoo adalah rumah bagi ribuan binatang dari ratusan spesies. Tadinya saya menganggap semua kebun binatang sama: isinya binatang sedih dibalik jeruji. Tapi tampaknya para binatang disini lumayan sehat dan ceria. Dari pintu masuk kami mengikuti arah panah untuk berkeliling. Pertama kami mengelilingi East Garden. Isinya standarlah, burung merpati, burung hantu, elang, baboon, gorilla, singa dan macan. Saya suka sekali singa & macan, bagi saya mereka adalah kucing-kucing yang bertubuh besar, hehehe… Yang menarik di sayap timur ini adalah Nocturnal House, didalamnya kita bisa lihat kelelawar yang beraktifitas normal, karena ruangannya dibuat gelap seperti malam hari. Kami tidak diperbolehkan mengambil gambar disana, meskipun tanpa menggunakan lampu flash. Ada juga polar bear a.k.a beruang kutub, tampaknya dia kepanasan walaupun kolamnya sudah diberi bongkahan es balok. Kerjaannya cuma berendam dan leyeh-leyeh, sambil sebentar-sebentar menceburkan (atau lebih tepatnya menenggelamkan) diri ke dalam kolam. Yang lebih aneh adalah binatang setengah kuda & setengah zebra, entah apa namanya.
Harusnya untuk menyeberang ke West Garden kita bisa pakai monorail, tapi ngantri panjang. Lagian teman saya hobi jalan, jadi kami menyeberangi Aesop Bridge dengan berjalan kaki. Ada sesuatu yang mengejutkan saya disini, yaitu penguin. Ya, burung yang tak akan pernah bisa terbang ini lucu sekali, meskipun tak sebesar yang saya bayangkan. Tingginya hanya sekitar satu meter, berada di pinggir kolam berisi balok-balok es seperti yang ad adi kolam polar bear tadi. Anehnya, segerombolan penguin ini selalu melihat ke arah yang sama. Saat saya datang, mereka menengok ke kiri dan secara serempak kawan-kawannya mengikuti. Sementara saat salah satu menengok kekanan, tiba-tiba semua jadi menengok kekanan juga, dan bertahan seperti itu sampai saya melewati kandang mereka. Aneh. Mungkin itulah kenapa para penguin di kartun Penguin of Madagascar sok sok belagak seperti tentara. :p Teman saya senang menemukan burung flamingo [Family: Phoenicopteridae]. Burung ini berleher panjang, berparuh bengkok, dan suka mengangkat sebelah kakinya yang berselaput itu seperti penari balet. Ah, saya tak terlalu tertarik dengan spesies burung, tapi memang warnanya lucu juga sih. Lagian, baru kali ini saya lihat ada burung besar berwana pink – orange. Ajaib juga. :D Udara musim panas bulan Juli ini membuat kami lelah dan berkeringat. Setelah tersasar dan bertanya ke beberapa petugas, kami memutuskan untuk beristirahat sambil makan siang.
Setelah cukup pulih, kami melanjutkan pencarian Ling-ling. Sesampainya di kandang panda, betapa terkejutnya saya karena Ling-ling ternyata adalah panda dewasa berukuran sangat besar. Iya sih, saya tau panda itu beruang, what do you expect? Tapi masih rada shock karena saya pikir Ling-ling itu anak panda mungil seperti boneka saya dulu. Sama sih warnanya putih item seperti harapan saya, tapi… aduh… kekecewaan saya udah nggak bisa digambarkan dengan kata-kata. The worst thing is, tampaknya Ling-ling kurang bersahabat hari ini, kerjanya hanya tidur-tiduran saja. Dari balik dinding kaca saya hanya berharap dia membalikkan badan untuk saya yang jauh-jauh datang menengoknya. Hikz… Akhirnya teman saya mengajak saya membeli souvenir di salah satu took dalam kebun binatang. Saya tidak membeli boneka panda dan malah membeli baby cheetah untuk teman koleksi boneka macan saya. Masih penasaran, saya kembali lagi ke kandang panda, dan Ling-ling masih tidur membelakangi saya. Hari semakin sore, dan saya sudah capek, jadi… bye-bye Ling-ling. :’(
Note:
Ling-ling adalah panda terakhir di Ueno Zoo, dia mati tahun 2008. :'(
Saya beberapa kali kembali ke Jepang, tapi nggak sempat nengokin dia lagi. Sedih deh...
No comments:
Post a Comment