Biasanya kalo ada teman yang ke Jepang suka pada dititipin nyari alat elektronik. Rata-rata titipan teman berkisar antara kamera digital baru sampai laptop second hand. Waktu itu belum jaman netbook bikinan China, jadi emang masih murahan beli laptop second. Beberapa kali saya menemani teman berbelanja ke satu daerah favorit, namanya Akihabara Denki Gai (Kota Elektronik Akihabara), singkatnya disebut Akiba. Lokasinya sih dari stasiun Tokyo deket banget, cuma satu station, kalo niat mo jalan kaki juga bisa. Masalahnya saya tinggal di daerah Yokohama, jadi agak perlu waktu n duit ekstra kalo mo kesana. Uniknya Akihabara, disana hampir semua toko jualan elektronik baik baru maupun bekas. Saya pernah masuk ke salah satu toko, ada kali tingginya 7 lantai. Masing-masing lantai ada tema-nya, misalnya lantai pertama kamera digital, lantai kedua laptop, lantai ketiga PC & peripherals, lantai empat TV, audio-video, game console lengkap ama stik & asesorisnya, lantai lima peralatan elektronik rumah tangga kayak setrikaan, pengikal rambut (orang Jepang ga butuh catok pelurus, rambut mereka udah disetrika di perut ibunya), mixer, sampai ke penghangat dudukan toilet, lantai enam jam dinding dan jam tangan, dan lantai paling atas souvenir. Itu baru satu toko, udah berasa satu mall, hehehe… Saya sih nggak kebayang gimana cara mereka bersaing, karena harga yang ditawarkan seperti sudah standar. Menurut saya, percuma juga capek keluar masuk satu deretan toko untuk cari satu barang kalau harganya cuma selisih ratusan yen. Nggak seperti teman-teman lain yang dari menabung allowance harian bisa bawa pulang laptop atau kamera digital, uang saya sudah habis buat tiket kereta kemana-mana, jadi pulang cuma bawa foto-foto yang sebagian dipakai untuk melengkapi blog ini. Alhasil, kalo jalan-jalan ke Akihabara ya cuma cuci mata doang, soalnya ga bakal beli.
Ada beberapa Duty Free shop favorit teman saya, yaitu Laox, Akky, dan Onoden. Ketiganya berada di satu jalan utama, Chuo Avenue, yang membelah Akihabara dari utara ke selatan. Kalo hari Minggu, jalan besar itu ditutup lho, kayak Jalan Dago pas car free day. Jadi aja kita bisa berdiri di tengah jalan tanpa takut ketabrak mobil. :p Beberapa toko memiliki pramuniaga yang bisa berbahasa asing, dengan harapan terjadi komunikasi yang lebih baik dengan calon pembeli. Saya pernah disapa seorang pramuniaga ketika sedang melihat-lihat, ditanya dari mana asal saya. Waktu saya bilang Indonesia, dengan cepat dia memanggilkan pramuniaga yang berasal dari Indonesia. Berhubung saya cuma window shopping, saya bilang ama si Mas-mas itu supaya nggak usah nemenin. Eh, dia ngikutin kemana saya pergi. Kesel, saya keluar dari toko itu trus masuk ke toko sebelah yang ga ada pramuniaga 'impor'-nya. Saya memang jahat. :p
Salah satu pertanyaan yang sering diajukan oleh teman saya: apakah beli elektronik di Akihabara bener-bener murah? Hmm... kalo kata saya sih enggak juga ya. Sebelum pergi biasanya saya ingetin temen yang dititipin usahakan beliin barang yang ada garansi international & ada manual book bahasa Inggris. Kadang saya juga bantu teman yang mo nitip untuk browsing dulu spec alat elektronik pesanan di toko online lokal. Konversikan harganya ke currency yen saat ini, nah segitulah patokan harga tertingginya. Kan kita cari barang yang lebih murah, bukannya lebih mahal. Browsing juga barang dengan spec yang dekat dengan pesanan, karena ga semua model available di semua negara. Terbukti, pas hunting disana, biasanya barang (baru) yang diincar harganya kurang lebih sama dengan di Indonesia. Kalaupun lebih murah, pasti buku manualnya Bahasa Jepang & nggak garansi international. Nanti kalo suatu saat rusak, meskipun masih dalam masa garansi, bakal repot nge-claim-nya. So, cintailah Indonesia, beli di deket rumah aja. :D
No comments:
Post a Comment